Senin, 17 Maret 2014

Hartaku Menyelamatkanku dari Neraka

Hartaku Menyelamatkanku dari Neraka


Pemateri Ustadz Ahmad Zainuddin Lc


Salah satu landasan pokok dalam syari’at islam adalah wara' (ketakwaan) dengan meninggalkan syubhat.
Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan serta menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara ke arah sana.

Sebagaimana firman الله تعالى :

Tempat yang tertinggi (Al-'A`rāf):20
- " Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)."

Ţāhā:120
- " Kemudian syeitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?. "

Adapun hukum² tentang haram dan halal :


Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. "
(Riwayat Bukhori dan Muslim)

★ Diantara perkara² haram dan halal adalah HARTA.


Harta bukanlah yg tercela

Harta kekayaan merupakan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang harus disyukuri. Kaya di dunia bukan satu hal yang tercela.

Dalam beberapa ayat, Allah memuji harta. Karena harta menjadi sebab tercapainya maslahat dunia dan agama. Allah menyebut harta dengan sebutan al-Khair (kebaikan) yang menjadi pokok kehidupan. Allah berfirman, yang artinya, "Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (QS. An-Nisa: 5)

★ Tujuan mengenal hakekat berpandangan harta


- Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak disenangi, sedangkan neraka diliputi dengan hal-hal yang disenangi oleh nafsu.” (HR. Muslim no. 2822)

- Dari Khaulah al Anshariyyah, aku mendengar Nabi bersabda, “Sungguh ada sejumlah orang yang menyikapi harta pemberian Allah dengan sikap yang tidak benar sehingga untuk mereka neraka pada hari Kiamat nanti” (HR Bukhari no 2950)

- Pengampunan (At-Tawbah):73
"Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya."

★ Buruknya siksa neraka


1. Tidak pernah mati

- Pencipta (Fāţir):36
"Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir."

Dan Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam Al Quran,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam Neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisa: 56)

2. Tidak diringankan siksa, semakin hari semakin berat

- Orang yg Beriman (Ghāfir):49
"Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahannam: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari."

3. Tempat penyiksaan paling buruk

Di dalam neraka itu ada bermacam-macam azab serta berbagai jenis tempat, antara lain ada tempat (jurang), dalam dan bau yang bernama

Neraka Ghay. غَيّ
- Maryam:59
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan... "


★ PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA :


1. Pemilik asli dari harta adalah الله تعالى


Harta pada hakikatnya milik Allah Ta’ala, dan manusia hanya memilikinya sebagai amanah Allah. Posisi manusia sebagai pihak yang diberi amanah selayaknya menggunakan harta untuk kepentingan mencapai kebahagian dunia dan akhiratnya. Allah titipkan harta kepadanya untuk melihat apa yang akan diperbuat dengan harta tersebut. Dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia gunakan.

- Besi (Al-Ĥadīd):7
"Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar."

Faedah :

- Sapi Betina (Al-Baqarah):254
"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."

2. Harta adalah ujian bagi ummat nabi Muhammad


Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِى الْمَالُ

"Sesungguhnya setiap umat memiliki ujian, dan ujian umatku adalah harta." (HR. Tirmidzi, no. 2336; Ahmad 4/160; Ibnu Hibbân no. 3223; al-Hâkim 4/318; al-Qudhai dalam Asy-Syihâb no. 1022; dishahihkan oleh syaikh Salîm al-Hilâli dalam Silsilah al-Manahi asy-Syar’iyyah, 4/194)

Imam Ibnu Katsîr rahimahullah menjelaskan, Allah berfirman :
"Janganlah engkau melihat orang-orang yang hidup mewah atau yang semisalnya dan jangan pula engkau kenikmatan-kenikmatannya ! Karena itu hanyalah bunga kehidupan yang akan sirna dan kenikmatan yang akan hilang. (Kami memberikan mereka-red) untuk Kami uji mereka dengannya dan hamba-hambaKu yang banyak bersyukur itu sedikit sekali." (Tafsir Ibnu Katsîr, surat ath-Thaha, ayat 131)


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْمَالِ وَالْخَلْقِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian melihat orang yang diberi kelebihan harta dan bentuk tubuh, hendaklah dia melihat orang berada di bawahnya." (HR. Bukhâri, no. 6490)

Dalam Sunan Tirmidzi dibawakan dengan lafazh :

مَنْ رَأَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْخَلْقِ وَالرِّزْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنْهُ مِمَّنْ فُضِّلَ هُوَ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ يَزْدَرِىَ نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْهِ

"Barangsiapa yang melihat orang yang diberi kelebihan bentuk tubuh dan rizqi, maka hendaklah dia melihat orang yang di bawahnya yaitu orang yang diunggulinya, karena hal itu lebih pantas agar dia tidak meremehkan nikmat Allâh yang dianugerahkan padanya." ( HR. Tirmidzi )

3. Harta bukan tanda kemuliaan

Kaya bukan tanda kemuliaan dan Miskin bukan tanda kehinaan

Harta itu adalah ujian, padahal manusia sangat menyukainya. Oleh karena itu, banyak orang yang gagal dalam menghadapi ujian besar ini.

Sedikit sekali orang yang bisa bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan nikmatNya yang tidak terhitung banyak dan nilainya.
Banyak orang mengira, jika Allâh memberikan harta yang banyak kepadanya, itu bertanda Allâh mencintainya. Sebaliknya, jika Allâh mengurangi rizqinya, itu pertanda Allâh menghinakannya. Ini adalah anggapan keliru. Karena semua itu merupakan ujian dari Allâh Azza wa Jalla . Allâh berfirman :

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

Adapun manusia, jika dia diuji oleh Rabbnya, dimuliakan dan diberi kesenangan, maka dia akan berkata, "Rabbku telah memuliakanku". Sedangkan bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata, "Rabbku telah menghinakanku". [al-Fajar/89:15-16]

- Fajar (Al-Fajr):17
"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,"

- Fajar (Al-Fajr):18
"dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,"

Allah Azza wa Jalla mengingkari keyakinan keliru ini. Bahkan dalam ayat yang lain, Allah Azza wa Jalla menegaskan bahwa itu merupakan ujian. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ ۚ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ

"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka ? tidak, sebenarnya mereka tidak sadar." (al-Mukminûn/23:55-56)

4. Harta kita yg sebenarnya adalah harta yg di pergunakan di jalan الله


5. Akibat harta orang bisa lebih ganas dari serigala.


Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

Kerusakan pada sekawanan kambing akibat dua srigala lapar yang dilepaskan padanya tidak lebih parah dibandingkan kerusakan pada agama seseorang akibat kerakusannya terhadap harta dan kemuliaan.
(HR. Tirmidzi, no. 2376; Ahmad 3/456;)

Imam ath-Thîbi menjelaskan makna hadits diatas dengan perkataan beliau, “Kerusakan pada sekawanan kambing akibat dilepasi serigala lapar tidak lebih parah dibandingkan kerusakan pada agama seseorang akibat ketamakannya pada harta dan kemuliaan. Karena kerusakan pada agama seseorang yang disebabkan oleh kerakusannya lebih parah daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh dua srigala lapar jika dilepaskan pada serombongan kambing.


★ KIAT - KIAT HARTA YG Menyelamatkan dari Neraka :


1. Hak harta yang berhubungan dengan orang lain mencakup semua yang diwajibkan syariat pada harta yang penerimanya orang lain, seperti zakat, sedekah, infak.

- Sedekah : pemberian kpd orng lain berharap keridhoan الله
- Zakat : Sedekah Wajib
- Infaq / nafaqoh / nafkah : kepada keluarga dan anak-anak dan hak-hak lain yang diwajibkan syariat.

Dalam sebuah hadits dari Abdullâh bin Umar Radhiyallahu anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَفْضَلُ دِيْنَارٍ يُنْفِقُهُ الرَّجُلُ دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَليَ عِيَالِهِ

Dinar terbaik yang dibelanjakan oleh seseorang lelaki adalah dinar seseorang yang dibelanjakan untuk nafkah keluarganya. (H.R. Muslim, 2:574 (994))

Orang-orang mukmin (Al-Mu'minūn) 1-11 :
- Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
- (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
- dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
- dan orang-orang yang menunaikan zakat,
- dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
- kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
- Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
- Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
- dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
- Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
- (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.


2. Harta tersebut dijadikan pihutang, membantu dalam kesusahan orang lain.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang ingin diselamatkan dari azab di hari kiamat, maka hendaknya dia meringankan beban orang yang kesulitan atau membebaskan hutangnya.” (HR. Muslim)

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:280)


3. Membebaskan hutang orang lain

"Siapa yang menangguhkan pembayaran hutang orang yang tidak mampu membayar atau memaafkan hutangnya maka Allah akan naungi dia di hari kiamat dibawah naungan arsyNya di hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya." (HR At-Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani dalam shahih At-Tirmidzi no. 1052)


وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Smoga bermanfaat ...

Catatan Kajian Ummu Yazid AF
@Mesjid Puri Cinere kamis 13 maret 2014 ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar