Rabu, 19 Maret 2014

ADAB-ADAB KUBUR

ADAB-ADAB KUBUR


Ustdz Abu Haedar Assundawy


★ Hikmah Ziarah Kubur


Ziarah kubur adalah amalan yang sangat bermanfaat baik bagi yang berziarah maupun yang diziarahi. Bagi orang yang berziarah, maka ziarah kubur dapat mengingatkan kepada kematian, melembutkan hati, membuat air mata menetes, mengambil pelajaran dan membuat zuhud terhadap dunia.

1. Adab berziarah ke kuburan kafir


- Tidak mengucapkan salam
- Tidak mendo'akannya
- Memberitahukan bahwa mereka ahli neraka

Dalam sebuah hadits daripada Sa’ad Bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ أَبِي كَانَ يَصِلُ الرَّحِمَ وَكَانَ وَكَانَ فَأَيْنَ هُوَ؟ قال: (فِي النَّارِ) فكأن الْأَعْرَابِيُّ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَيْنَ أَبُوكَ؟ قَالَ: (حَيْثُمَا مَرَرْتَ بِقَبْرِ كَافِرٍ فَبَشِّرْهُ بِالنَّارِ) قال: فَأَسْلَمَ الْأَعْرَابِيُّ بَعْدُ فقال: َقَدْ كَلَّفَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعَبًا مَا مَرَرْتُ بِقَبْرِ كَافِرٍ إِلَّا بَشَّرْتُهُ بِالنَّارِ

“Ada seorang ‘Arab Baduwi datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu berkata:
“Sesungguhnya ayahku biasa bersilaturrahim (menyambungkan tali kekeluargaan), dan beliau juga biasa beramal begitu dan begini, maka di manakah tempat beliau?
”Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun menjawab:
“Di Neraka.
” Maka seolah-olah ‘Arab Baduwi tersebut merasa sesuatu dari perkara tersebut, maka dia pun bertanya:
“Wahai Rasulullah, di manakah ayahmu?
”Beliau pun menjawab:
“Di manapun engkau melintasi kuburan orang kafir, maka sampaikanlah berita gembira kepada mereka berupa Neraka.
”Sa’ad bin Abi Waqqash berkata:
“Setelah itu, ‘Arab Baduwi itu pun memeluk Islam, lalu berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah membebankan aku dengan sesuatu yang melelahkan. Tidaklah aku melintasi kuburan orang kafir melainkan aku sampaikan berita gembira kepadanya berupa Neraka.” (ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, no. 326. sahih oleh al-Albani)

Berdalilkan hadits ini, Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan :

وإذا زار قبر الكافر فلا يسلم عليه، ولا يدعو له، بل يبشره بالنار، كذلك أمر رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في حديث سعد بن أبي وقاص

“Jika menziarahi kuburan orang kafir, maka janganlah mengucapkan salam ke atasnya dan jangan mendoakannya. Sebaliknya berilah berita gembira ke atas mereka dengan Neraka. Demikianlah yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di dalam hadits Sa’ad Bin. Abi Waqqash.”
(Al-Albani, Ahkam al-Jana’iz wa Bida’uha, m/s. 251 – Maktabah al-Ma’aarif)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah menziarahi kubur ibunya yang mana beliau meninggal dunia dalam keadaan tidak memeluk Islam. Kata Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah menziarahi kubur ibunya lalu beliau menangis, dan turut menangis orang-orang di sekelilingnya. Maka beliau pun bersabda:
Aku memohon kepada Rabb-ku untuk memberikan keampunan untuk ibuku, tetapi Dia tidak mengizinkanku. Aku memohon untuk menziarahi kuburnya, maka Dia memberi izin kepadaku. Oleh itu, ziarahilah kubur, karena ia dapat mengingatkan kepada kematian.”
(Shahih Muslim, no. 976. Bab: Permohonan Nabi kepada Rabb-nya Untuk Menziarahi Kubur Ibunya)

2. Syubhat :


Rosulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan terhadap kedua kuburan, yang Allah perlihatkan kepada beliau siksaan yang dialami oleh penghuninya, berupa menancapkan dahan yg masih basah, pelepah daun kurma, maka hal ini hanya khusus beliau lakukan terhadap kedua kuburan itu saja, sebab beliau tidak pernah melakukan perbuatan yang sama terhadap selain kedua kuburan tersebut.

Padahal, (prinsipnya) kaum muslimin itu tidak boleh mengada-adakan sesuatu yang baru untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah, tak ada tuntunannya kebiasaan menabur bunga di atas kuburan, mengucurkan air yang sudah dijampi2 ataupun yang lainnya, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rasyidin belum pernah melakukan perbuatan tersebut pada kuburan-kuburan (zaman dahulu).

Penta’liq Matan Abi Syuja’ –kitab fikih madzhab syafi’i- berkata : “Diantara bid’ah yang diharamkan adalah menaburkan/meletakkan bunga-bunga di atas jenazah atau kubur karena hanya buang-buang harta”

Menancapkan dahan yg masih basah, pelepah daun kurma, hal ini hanya Rasulullah yg melakukan (kekhususan Rasulullah) syafa'at nabi agar terhalang dari adzab kubur.

★ Bab apa yg diharamkan dilakukan di kuburan :


1). Menyembelih binatang di Kuburan            

Hal ini bertentangan dengan syari’at, baik menyembelihnya untuk Allah apalagi apabila untuk penghuni kubur.         

Bila menyembelihnya untuk penghuni kubur, jelas ini merupakan kesyirikan dan sembelahannya tidak halal dimakan. Alloh berfiman:

وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُب
"ِDan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. "
(QS. al-Maidah:3)

Rasululluah bersabda:
وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ

"Allah melaknat orang menyembelih untuk selain Allah. "
(HR. Muslim 1978)           

Imam Nawawi berkata: “Adapun menyembelih untuk selain Allah, maksudnya adalah menyembelih dengan nama selain Allah seperti menyembelih untuk patung, salib, Musa, Isa, Ka’bah dan lain sebagainya. Semua itu hukumnya haram dan sembelihannya tidak halal, baik yang menyembelih adalah muslim atau nashrani atau yahudi, hal ini ditegaskan oleh Syafi’I dan disepakati oleh para sahabat kami (penganut madzhab syafi’i).

Dan bila dalam sembelihan tersebut bertujuan pengagungan dan ibadah terhadap makhluk-makhluk tersebut selain Allah maka hal itu merupakan kekufuran, bila yang menyembelih adalah muslim maka setelah perbuatannya itu dia menjadi murtad”.    

Dan bila sembelihannya untuk Allah, maka hukumnya juga haram karena hal ini menyerupai perbuatan orang-orang jahiliyyah. Rasulullah bersabda:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا عَقْرَ فِي الْإِسْلَامِ

Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda: “Tidak ada ‘aqr (menyembelih di kuburan) dalam Islam."

2). 2. 3, 4. 5. 6 :

2. Meninggikan kuburan
3. Mengapur kuburan
4. Menuliskan sesuatu diatas kuburan
5. Duduk diatas kuburan
6. Mendirikan bangunan diatas kuburan

عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ

Dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim no. 970)

Matan yang cukup terkenal di kalangan Syafi’iyah yaitu matan Abi Syuja’ (matan Taqrib) disebutkan di dalamnya,
ويسطح القبر ولا يبني عليه ولا يجصص

“Kubur itu mesti diratakan, kubur tidak boleh dibangun bangunan di atasnya dan tidak boleh kubur tersebut diberi kapur (semen).”

(Mukhtashor Abi Syuja’, hal. 83 dan At Tadzhib, hal. 94).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang sesuai ajaran Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kubur itu tidak ditinggikan dari atas tanah, yang dibolehkan hanyalah meninggikan satu jengkal dan hampir dilihat rata dengan tanah. Inilah pendapat dalam madzbab Syafi’i dan yang sepahaman dengannya.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 35).

Syaikh Taqiyyuddin juga berkata bahwa dilarang memberi semen pada kubur dan menulis di atasnya dan juga terlarang mendirikan bangunan di atas kubur. Diperbolehkan hanya menuliskan nama c mayyit.

3) . Tdk memakai alas kaki (sandal/sepatu) ketika memasuki pekuburan

Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam ketika melihat seseorg sdg berjalan di antara kuburan dg memakai sandal, bersabda,
“Wahai pemakai sandal, celakalah engkau! Lepaskan sandalmu!”
Lalu org trsbt melihat (kpd org yg meneriakinya). Tatkala ia mengenali (kalau org itu adlh) Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam ia melepas kedua sandalnya & melemparnya”
(HR. Abu dawud, Ibnu Majah dll)

4). Tdk duduk di atas kuburan & menginjaknya
Nabi Shollallôhu ‘Alayhi Wasallam bersabda; “Sungguh jika salah seorg dari kalian duduk di atas bara api shg membakar bajunya & menembus kulitnya, itu lebih baik drpd duduk di atas kubur” (HR. Muslim)

Terkecuali kuburan kafir.


وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب

بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Smoga bermanfaat ...


Catatan Kajian @GSG Bsd 4 des '13 oleh Ummu Yazid AF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar